Tulisan
berikut adalah kategori baru dalam blog saya. Bike Journal berisi catatan
perjalanan saya bersama sepeda saya. Tulisan ini adalah tulisan ketiga dari
seri Pakem-Parangtritis-Depok. Sebelumnya, saya sudah menulis perjalanan
pertama saya ke Parangtritis, silahkan lihat Sunday Morning in Parangtritis.
Indeks artikel sila buka Archive di footer halaman ini.
...
Kerumunan
di sekitar lokasi Jogja Air Show menandakan Pantai Depok sudah semakin dekat.
Kami mampir sebentar untuk melihat-lihat suasana Jogja Air Show. Oh, ternyata
masih acara pembukaan. Kami melihat-lihat sebentar. Nampak berjejer rapi para glider
(apapun nama benda yang bisa terbang di langit itu) dengan tunggangan mereka masing-masing
di pinggir runway.
Sementara
itu, kami mulai lapar. KAMI MULAI LAPAR. Kami putuskan untuk melanjutkan
perjalanan ke Pantai Depok sembari mencari tempat makan. Di salah satu rumah
makan pinggir pantai yang memiliki nama “Warung Makan Bu Asih” (lengkapnya
mungkin asihibukepadabetatakterhinggasepanjangmasa), kami putuskan untuk menyandarkan
sepeda kami dan mempersiapkan perut kosong kami untuk diisi sembari melemaskan
kaki.
Di atas laut sana, berseliweran burung-burung besi yang membawa banner di ekor
mereka yang berbunyi “Jogja Air Show 2013.” Kurang lebih begitu.
Rekan
saya, Bang Marko Parwoto (akan saya kenalkan nanti), memesan setengah kilo
bawal dan lalu bertanya kepada saya. Saya yang buta makanan dan disertai
karunia ke-pede-an serta ke-sok-tahuan yang berlebih, menyarankan
untuk menambah pesanan karena kami berdua laki-laki yang bernafsu makan tinggi
dan ngga cukup makan makanan-yang-mahal-harganya-tapi-ngga-bikin-kenyang-itu
menjadi satu kilo bawal disertai dua gelas es teh. Dan harganya, kata
mbak-mbaknya saat kami memesan, adalah sekitar 35ribuan. Okelah saya pikir,
masih normal. Dan, saya tidak tahu kalau harga segitu adalah bawal dalam
keadaan mentah.
A
few minutes later...
Kami
masih menunggu datangnya pesanan kami sembari menikmati sejuknya belaian angin
pantai.
A
few more minutes later...
Kami
masih menunggu. Saya juga masih menunggu sinyal di handphone saya yang
tak kunjung muncul.
A
few more and more minutes later...
Makanan
kami datang. Yeah finally, let’s have a feast, just for the two of us!
A
few seconds later...
Ikan
bawal sudah habis, es pun sudah kering, dan perut kami sudah kenyang. Saatnya
pulang. Oh, iya, kami lupa membayarnya. Oleh mbak-mbak pelayannya kami disuruh
membayar ke belakang saja karena kasirnya memnag dibelakang. Teman saya lalu
menanyakan total harganya berapa, dan totalnya adalah delapan puluh satu ribu rupiah.
.
.
.
.
Processing input data ...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Anda
boleh terkejut. Kami berdua saling berpandangan melongo saat itu. Namun apa daya, bawal sudah di perut, mau tak mau kami harus
membayarnya. Dan musnahlah uang makan saya untuk seminggu ke depan.
Setelah
keluar dari rumah makan tadi, saya sempat berandai-andai, apakah harga
sambelnya sepuluh ribu? Apakah harga minyaknya lima belas ribu? Ataukah harga
piringnya dua puluh ribu? Tapi, tak apalah. Perut kenyang dan masih ada sisa
dua ekor bawal untuk dimakan sesampainya di kos nanti. Huahua.
Kembali
lagi ke arena JAS, kami mblusuk diantara gumuk pasir dan semak belukar
karena jalan utama sudah terlalu penuh sesak. Dan kami mblusuk dengan
membawa serta pacar kami sepeda kami sampai kami pada akhirnya menemukan
tempat yang cocok untuk beristirahat di bawah rimbunnya semak belukar dan
panasnya terik matahari. Kami membuat bivouac (baca: bivak) mini dari
dedunan sekitar kami sebagai alas, dan lumayanlah untuk merebahkan badan.
Saya
berjalan-jalan ke dekat runway, kapan lagi ada momen seperti ini.
Sementara itu teman saya yang sedang asik-asiknya ngebo sedang kedatangan tamu
sepasang om-om dan tante-tante. Saya hanya terkekeh dari kejauhan. Dan nun jauh
di atas sana sedang beterbangan para penerjun dari ....... penerjun payung
pengisi acara Jogja Air Show. Disusul aksi stall sebuah pesawat nun jauh
di atas awan sana. Superb! Rasanya saya ingin merasakan adrenalin yang
dirasakan si pilot.
Dan terakhir sebelum measuki istirahat, ada segerombolan
pesepatu roda. Saya kira mereka akan terus berlari hingga ke ujung runway
dan lalu ikut terbang seperti yang lain. Namun ternyata harapan saya tak
terkabul karena mereka berputar balik ketika sampai setengah runway.
Saya kecewa.
Ketika
matahari sedang terik-teriknya, kami kembali ke bivak dan lalu memutuskan untuk
pulang saja daripada nanti ketiduran di bivak dan lalu malah menginap di tempat
antah berantah tersebut. Di perjalanan pulang, kami mampir di sebuah masjid
untuk meneduhkan diri sembari menunggu waktu sholat ashar. Tak terasa, mata
ini mengantuk sekali, jadilah kami tidur sebentar.
Kurang
lebih pukul setengah empat, kami pulang menyusuri jalan yang sama ketika kami
berangkat. Sepanjang perjalanan kami lalui dengan khidmat dan tak terasa, kami
sudah sampai di dekat kos saya. Lapar lagi, kami membeli nasi dan lalu
menghabiskan sisa bawal siang tadi.
Dengan
habisnya nasi serta ikan bawal delapanpuluhsaturibu tadi, maka habislah
seri perjalanan Pakem-Parangtritis-Depok ini. Terima kasih dan sampai jumpa di
tulisan Bike Journal berikutnya.
End.
#bumikelangit #bikejournal
Post a Comment