She is black. She is white. She is red. She is
beautiful yet strong. She is calm yet loves to roam. She is me. And she is
mine.
***
Saya pertama naksir dia lewat sebuah perkenalan yang
tak terduga. Sebelum bertemu dia, saya masih bingung karena masih terlalu
banyak pilihan. Hingga akhirnya, suatu hari saya melihat fotonya di laptop
teman saya. Awalnya saya cuek hingga akhirnya saya meminta teman saya untuk
melihat kembali fotonya saat masih berduaan dengan yang lain. Tak tahan, saya
pinjam laptop tadi dan menyingkirkan pengganggu yang ada di sebelahnya sehingga
kini hanya tersisa ia dan keanggunannya. Ya, saya jatuh cinta padanya pada
pandangan pertama... atau kedua, dan saat itu juga saya berjanji pada diri saya
sendiri bahwa saya harus bisa memilikinya dan dia harus bisa jadi milik saya.
Seorang.
Bersambung.
Oke, ini bukan novel teenlit. Ini hanyalah kisah cinta
saya dan Iris. Siapa Iris? Dia adalah anugrah terindah untuk saya. Oke ngaco,
but true.
Iris adalah nama yang saya berikan untuknya, tanpa
pikir panjang pula. Nama itu saya ambil dari nama-nama dewi di mitologi Yunani.
Iris bisa berarti iris mata yang indah dan bening, atau juga iris pelangi, uap
udara yang jatuh dan berpendar mengeluarkan bermacam warna-warni indah bak
pelangi—oke itu memang pelangi. Dan, kenapa warna Iris hanya hitam kelam dengan
sedikit corak putih dan warna lain? Beats me. Even so, she is
beautiful.
Tujuh Desember 2012 yang lalu adalah awal perkenalan
dan pertemuan kami setelah beberapa hari sebelumnya saya pedekate
dengannya dibantu oleh teman saya, siapa lagi, Bang Markopolo Bolo-Bolo (Ohya,
lupa mengenalkannya lagi. Nanti. Ya. Nanti.) Jadilah setahun lebih kami telah
bersama.
Anda masih mengira ini novel teenlit yang lovey-dovey?
Go to your mommy! NOW!
Dan tepat 1 bulan 10 hari kemudian, saya bawa dia
pulang ke rumah dan kenalkan dia dengan keluarga saya. Yes, I have been
wrote that one. Go here.
Memang spesifikasinya masih standar saja, hampir sama
seperti saat ia pertama kali keluar dari etalase dan saya ajak pulang berdua..
dengan Bang Marko. Tak banyak perubahan yang saya lakukan hanya mengganti seatpost
yang bengkok tanpa sebab, menambah bottle holder sepuluhribuan beserta
botolnya, memasang dock handphone dan saddle bag yang tak lagi
saya pakai, mencopot dua mata kucing di kedua roda plus reflector
depan dan menggantinya dengan senter 5 LED
yang sekarang sudah rusak dan saya ganti lagi dengan senter polisi, menambahkan
cyclocomputer yang juga sudah tidak berfungsi dengan baik dan saya ganti
lagi dengan produk yang sama, memasang beberapa stiker di bodinya, dan
mengganti spoke(s) ban belakang yang patah dua atau tiga atau lima kali.
Tidak banyak, kan? *mlipirngepit*
Buat anda yang masih mengira ini novel teenlit,
ini saya kasih bonus berupa foto-foto seksi dan menggoda Iris untuk
meluruskan imajinasi anda. Jika anda masih mengira ini novel teenlit, get a
bike and write your own!
| ||||
Candi Ijo part 1 w/ @bang_Marco / 13 Apr '13
|
Candi Ijo part 2 dengan kembaran Iris milik @pulverulenta / 18 Mei '13 |
Suatu pagi di parkiran kampus Ungu / 20 Jun '13
|
Berburu senja di Candi Abang / 19 Okt '13 |
Dan tidak lengkap rasanya jika belum berfoto dengan latar Tugu / 18 Nov '13 |
Dan nampaknya, saya ingin membawanya pulang lagi diliburan kali ini, seperti foto di bawah ini.
One more time, one more chance / 17 Jan '13, Perbatasan DIY-Jateng |
Semoga.
#bumikelangit
Post a Comment