March 16, 2012

Look Down

+

Chapter 3

Aku terus saja merutuki kehilangan ini. Bukan yang sudah berlalu. Jauh, terlalu jauh. Aku bahkan tak mampu melukiskan dalam lisan jika aku harus bercerita. Yah, begitulah. Kawan, kau tahu kan kehilangan? Sama seperti debu yang disapu angin, seperti siang yang tak pernah bertemu malam. Ironis? Tidak juga. Bukan lebih tepatnya. Mungkin.

“Ia berputar.”

“Apa?”

“Poros itu berputar pada hidupku.”

“Tidak! Sebenarnya hidupmu yang berputar pada poros itu.”

“Sama seperti kepalaku yang terasa berputar-putar. Aku pusing. Sama seperti poros yang mulai goyah itu. Goyah karena lelah berputar. Ia seperti ingin ambruk.”

 lookdown.jpg (524×674)

“Jangan.”

“Kenapa?”

“Kau tak tahu kalau kau bisa menyeimbangkannya.”

“Lagi?”

“Mungkin.”

“Kau tak yakin?”

“Kau tak yakin?”

“Aku?”

“Ya.”

Waktu.

“Sudah berapa lama kau seperti ini?”

“Aku tak tahu. Aku tak menghitungnya.”

“Jangan terlalu apatis.”

“Salahku?”

“Aku tak mau berdebat. Kau butuh sendiri?”

“Tidak. Aku bukannya selalu begitu? Kau tahu sendiri bukan?”

“ ........ ”

“Aku akan segera menyelesaikannya. Kembalilah nanti.”

Salah?

“Kau tahu, berapa lama kau telah membisu?”

“Tidak. Aku tak peduli sudah berapa lama. Aku menyukainya.”

“ ........ ”

Berharap hujan mampu melarutkan kehilangan ini.. itu bodoh sekali ya? Aku bukan debu, aku bukan pula elektron yang berharap akan dijadikan proton oleh neutron. Tidak sesederhana itu. Akan tetapi, serumit apa itu pun aku juga tidak tahu.

Mungkin jika aku menjadi mereka, aku ingin memainkan nada itu..

#BumiKeLangit
#TheSeries #3