October 28, 2011

The Three Musketeers

+
Chapter 1


Jogja, suatu Jumat siang yang panas di bulan Oktober
Hari ini terasa sangat menyengat sekali bagiku, bahkan meskipun saat ini adalah musim penghujan, peluh keringat masih saja bercucuran membasahi kaosku. Aku masih ada kuliah, namun pikiranku sudah melayang melayang ke warung makan dekat kampusku. Yah meskipun hari ini cuma ada satu mata kuliah, namun aku sudah tidak ada semangat lagi dan ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ber-AC yang juga tak mampu mendinginkan hatiku. Entah apa yang kurasa, namun hari ini aku merasa tidak enak. Ada sesuatu yang salah, semenjak sore kemarin. Aku ingin pulang.

Waktu menunjukkan pukul 11 siang, aku lekas turun dari lantai 3 gedung tua di kampusku dan menuju warung makan yang daritadi menghiasi otakku. Segera kupesan makan dan segelas air untuk membasahi tenggorokanku. Aku berharap ini bisa sedikit bisa menenangkan perutku agar tidak mempengruhi pikiranku menjadi lebi buruk lagi. Dan cara ini cukup berhasil.

Aku kembali ke kos dan sembari menunggu waktu azan untuk melaksanakan shalat Jumat, aku menyalakan kipas angin. Hari ini sungguh panas dan membuatku bajuku basah. Kuputuskan untuk segera berganti pakaian, lalu mengambil air wudlu dan bergegas ke masjid setelah azan berkumandang. Kulihat lantai satu sudah terisi penuh, jadi kuputuskan naik ke lantai dua.

Di sana kulihat masih ada beberapa shaf yang kosong, kupilih yang dekat dengan kipas angin, karena aku masih merasa kepanasan. Di kanan depanku, ada dua anak kecil yang sedang duduk bercengkrama, aku berpikir pasti ini anak hanya akan berisik saja, seperti di masjid di kampung halamanku. Aku putuskan untuk tidak langsung duduk, aku ingin shalat sunah terlebih dahulu. 

Ketika aku sedang melaksanakan shalat, datang satu anak kecil lagi, teman mereka mungkin. Dia akan lewat di depanku yang sedang melaksanakan shalat sunah. Aku takjub ketika ia tidak lewat di depanku, melainkan mengambil jalan memutar lewat belakangku. Subhanallah, aku takjub melihat mereka. Ternyata dugaanku salah, aku hanya bisa tersenyum.

Kemudian dimulailah khutbah siang itu, dan jamaah lain mulai berdatangan memenuhi setiap shaf yang masih kosong. Ketika shalat akan dimulai, ada satu dua shaf di depanku yang masih kosong. Dan aku lagi-lagi dibuat takjub oleh ketiga anak kecil ini. Salah satu dari mereka maju untuk mengisi shaf di depan mereka yang masih kosong. Subhanallah, masih ada anak kecil seperti mereka.. yang ku kira hanya bisa membuat kegaduhan, ternyata masih ada yang seperti mereka..

***
Aku melihat jam di ponselku,, jam 12.40. Hmm.. masih ada waktu untuk sejenak beristirahat sebelum pulang ke kota kelahiran. Ah iya, hari ini tanggal 28 Oktober, hari peringatan Sumpah Pemuda yang ke-83. Rasanya aku sebagai pemuda Indonesia, belum bisa memberikan apapun ke negeri yang telah membesarkanku ini. Aku masih jauh dari siap untuk berkarya untuk negeri ini. Tapi suatu hari nanti, aku ingin memberikan sesuatu untuk negeriku ini. Entah itu apa..
Just, ignore me
Ahh.. aku teringat dengan diriku yang lain hari ini. Entahlah, aku pun tidak tahu. Aku sangat ingin diam hari ini, aku tak ingin membuang kata-kata. Aku hanya ingin diam.


Rasanya ini sudah berulang kali, namun tetap sama saja.. sama sekali tidak mengenakkan.

***
118 km barat Jogja, malam yang sepi, masih Oktober
Alunan merdu Chantal Kreviazuk menemaniku malam ini, malam yang sepi. Aku ingin bersenandung..

Bersambung...

#BumiKeLangit
The Series #1