February 26, 2011

Tak Perlu Dendam di Hati

+ No comment yet
Pengusaha itu marah dan kecewa sekaligus. Puluhan tahun bisnis itu dikelola dari kecil sampai demikian besar. Berkali-kali dia menepis usaha yang meruntuhkan bisnisnya seperti demo dan upaya perusakan karena perusahaannya dianggap antek negara tertentu. Namun dia tetap tegar dan cerdas menangkis itu semua.

Lalu tiba-tiba bisnisnya diambil alih. Meski secara hukum dia tak bisa berkutik, tapi dia berharap pada penghargaan apa yang telah dilakukannya. Namun tetap saja tak ada penilaian terhadap hal itu. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk mandiri. Membikin merek sendiri.

Sekarang dia bersyukur dengan adanya kejadian ini, seperti yang telah diungkapnya di sebuah koran. Bila tak ada kejadian seperti ini, katanya, dia tak akan berani melakukan hal seperti itu. Padahal bisa saja dengan usaha mandirinya itu dia bisa lebih sukses.

Dalam kehidupan, kita kerap berharap dan berkeinginan menurut apa yang menurut kita terbaik. Tapi kita tak tahu masa depan. Karena masa depan penuh dengan 'ramuan' berbagai macam peristiwa yang bisa saja menjadi pengaruh negatif. Ini seperti percobaan dulu waktu kita sekolah. Kita tak tahu sebuah cairan dicampur dengan cairan lain menjadi apa sebelum benar-benar dicampur.

Jadi bisa saja sekarang rasanya manis. Namun kelak karena adanya berbagai 'ramuan' itu berubah rasa menjadi pahit. Dan justru saat itu kita tak bisa memiliki banyak kesempatan untuk mengubahnya lagi.

Ini seperti cerita Dewi. Dia tak percaya cinta yang dirajutnya selama hampir 7 tahun kandas justru sudah hampir mencapai 'finish'. Persiapan pernikahan menjadi buyar karena terbukti pacarnya selingkuh. Dia tak percaya dengan kejadian ini, namun keluarga telah memastikan kebenaran kejadian ini dan membujuknya tetap tegar.

Dia menangis bermalam-malam. Dan berbulan-bulan dia merasakan sakitnya hati bagai pisau ditusukkan dari belakang. Bagaimana mungkin tulusnya cinta dibalas dengan berpalingnya cinta. Tapi setelah puluhan tahun dia melihat kejadian ini dengan syukur.

Suatu pagi dia membaca di koran, mantan kekasihnya itu ditangkap polisi karena telah melakukan penipuan. Ternyata dia telah masuk DPO. Berkali-kali dia masuk penjara karena berbagai kejahatan. Dan selama itu dia bersembunyi, berpindah tempat sembari melakukan kejahatan.

Dia menghela napas dan mengamati sekeliling; rumah tidak cukup mewah namun nyaman, suami yang setia dan anak-anak yang cerdas dan patuh. Dia sendiri mempunyai karir yang bagus. Dia tak bisa membayangkan kalau dia jadi menikah dengannya. Mungkin dia harus berpindah-pindah tempat menghindar polisi dengan kehidupan yang tak bahagia. Atau 'berhenti' pernikahannya dengan buah beberapa anak. Sebuah penderitaan yang lain juga.

Jadi bila kita selama ini sudah berikhtiar maksimal dan diiringi doa yang tulus, namun sering apa yang kita inginkan tidak seperti yang kita kehendaki, janganlah sedih. Janganlah kecewa. Apalagi dendam. Mungkin saja Penguasa Alam memiliki skenario yang lebih bagus buat kita.

Kenapa kita tak ikuti skenario yang lebih bagus. Bukankah Dia yang memiliki 'panggung' dan kita hanyalah aktor. Yang kita lakukan hanyalah menjalankan akting sebagusnya patuh berdasar 'skenario' dan tanpa sekali-kali melanggar aturan yang sudah ditetapkan-Nya.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Dia mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2:216)"
  
Dikutip dari: Wikimu


#bumikelangit

Post a Comment