Halo.. Apa kabar? Salam damai. Hehehe.
Sebenarnya saya sudah menulis tulisan ini semenjak Januari lalu dan ingin saya unggah bulan Februari kemarin. Namun karena kesibukan baru saya, akhirnya terpaksa tertunda hingga bulan April sudah akan menedekati akhir. Nah, hal yang mengalihkan dunia saya belakangan ini adalah saya sedang jatuh cinta. Ya, jatuh cinta sama sepeda saya :|
Biasanya jika saya pulang ke rumah saya alias mudik alias pelarian dari
Jogja, saya naik Prameks dari stasiun
Tugu atau naik bus ekonomi dari terminal Giwangan atau naik sepeda motor bersama saudara
saya atau juga jika ketiga opsi di atas tidak tersedia, saya naik naga terbang
pinjaman dari Ind*s*i*ar. Karena hal-hal tersebut sudah terlalu mainstream buat
saya *songong* saya putuskan untuk mencoba sesuatu hal yang baru, yaitu
berjalan kaki.. di atas lumba-lumba akrobatis.. di dasar lautan Atlantis.. yang
berhenti di Parangtritis.
Oke,
cukup imajinasi ngawurnya. Jadi, dikarenakan libur panjang juga, saya putuskan
untuk gowes dari Jogja sampai ke rumah saya. Jaraknya? Menurut Google Maps, kurang lebih 108 KM.
Sebenarnya
persiapan gowes ini sangat mepet dan memaksakan sekali untuk saya. Kenapa? Saya
baru satu bulan aktif gowes lagi, meskipun itu hanya kampus-kos-kota Jogja. Di sisi
lain, saya juga masih merasa belum yakin dengan mental dan fisik saya. Yah you
know lah, ibaratnya akumulasi gowes saya belum mencapai 10 KM namun saya nekat
gowes 100 KM, sekali jalan pula. Namun setelah berkonsultasi dengan mentor dan
teman dekat saya, akhirnya saya putuskan nekat saja. Lagipula bagi saya a
man is not a man without his pride, karena saya pernah berucap bahwa
sekali-kali saya igin meniru mentor saya gowes ke rumah, maka saya berkeinginan
untuk bisa mewujudkannya. Hahaha, toh pikiran saya, jika nanti ngga kuat di tengah jalan,
tinggal nyetop bus ataupun truk ataupun Prameks juga boleh #plak
Akhirnya
saya putuskan pada 17 Januari yang lalu, bertepatan dengan hari Kamis yang ngga
lamis. Walaupun mundur sehari, namun saya tetap putuskan untuk gowes ke rumah
meskipun dengan persiapan seadanya. Mungkin ada yang tidak percaya, begitupun
juga orang tua saya setelah saya sampai di rumah setelah sembilan jam
perjalanan ditemani panas terik sang mentari, yang membuat kulit saya menghitam
serasa habis berjemur di pantai. Oleh karenanya saya tidak mau dianggap pembual
dan PHP, maka berikut saya bagikan sedikit suka duka saya selama perjalanan
Jogja-Kebumen #halah
Good morning from Jogja!
Setengah hati, eh jalan.
Purworejo.
Masih di Purworejo. Tepar!
Home, at last!
Hal yang lucu adalah ketika ibunda saya bertanya apakah saya lagi ngga punya ongkos untuk pulang sehingga terpaksa bersepeda dari Jogja. Dan hal yang sama juga ditanyakan oleh mas saya yang tinggal nun jauh di Tangerang sana. Begitukah? What a coincidence .__.
#BumiKeLangit
Post a Comment