Jumat
kemarin, saya sedang mengikuti mata kuliah Listening. Berhubung saya
merasa bosan, akhirnya saya memesan Indomie. Jadi saya ga bosan lagi
deh. Ini ceritaku, apa ceritamu? #plaak *tulisan apa ini?????*
Ehem,
oke kembali ke topik. Jadi Jumat kemarin saya sedang mengikuti kuliah
Listening. Saya merasa bosan, iseng aja buka Facebook lewat Hazel saya. Padahal ya kata dosennya, hape harap dinonaktifkan agar suasana Listening bisa berlangsung dengan khidmat.. #krik
DI
beranda saya melihat recent stories yang ada, dan pandangan mata saya
tertuju pada sebuah catatan yang di share adik kelas saya. Iseng saja
saya buka, yah maklum judulnya juga menarik minat baca saya karena
judulnya nyrempet-nyrempet dengan apa yang saya alami #eaaa #curcol
Nah, judul catatan itu adalah 'Aku Akan Bersinar Denganmu Ataupun Tanpamu' yang saya translasikan menjadi judul diatas. Wahaha, so nice banget yah *jleb*

Saya
tahu anda sudah penasaran dan jeleh dengan kata pengantar yang saya
berikan wkwkw, jadi langsung saja kita tampilnya notenya..
***
Awal
Ronald bertemu Fenita, dia sudah langsung jatuh hati padanya. Setelah
beberapa waktu, akhirnya Ronald pun berani mengungkapkan isi hatinya
kepada wanita pujaannya itu. Dan yang membahagiakan, ternyata Fenita
diam-diam juga menyimpan hati kepada Ronald dan akhirnya hubungan mereka
pun dimulai.
Hari-hari
yang manis telah mereka lalui. Saat Fenita terbaring di rumah sakit,
Ronald tidak tidur sedetikpun semalaman menjaganya. Ketika Fenita merasa
sedih, kehadiran Ronald selalu membuat Fenita tersenyum dan lupa
sejenak akan masalahnya. Saat Fenita kesulitan pun, Ronald seperti
Doraemon yang selalu memberikan pertolongan baginya. Padahal, Ronald
sendiripun sebenarnya memiliki banyak masalah. Karena dia berasal dari
keluarga miskin, berbagai masalah keuangan pun sering ia hadapi. Namun
semua itu disembunyikan dari Fenita, karena ia tidak ingin menjadi beban
bagi kekasihnya.
Tanpa
terasa, hubungan Fenita dan Ronald telah berjalan 3 tahun. Manis dan
pahit sudah mereka hadapi bersama. Semua tampak baik-baik saja hingga
akhirnya Fenita melanjutkan kuliahnya di Australia.
Masalah
timbul disini. 3 bulan pertama sejak kepindahan Fenita, mereka masih
sering berkomunikasi. Namun Ronald mulai merasakan perubahan sikap
Fenita. Dia terasa semakin jauh dan jarang menghubungi Ronald. Tapi
Ronald tetap berfikiran positif. "Mungkin dia sedang sibuk". Itu yang
selalu menjadi kekuatan Ronald untuk tetap bertahan.
Setelah berminggu-minggu tanpa kabar, Fenita pun menghubungi Ronald.
"Ronald, aku minta maaf. Tapi sepertinya hubungan kita nggak bisa dilanjutin lagi."
Ronald hening sejenak.
"Kenapa Fenita? Apa yang salah dari diriku? Akan aku perbaiki."
"Gak ada Ronald, gak ada yang salah dari kamu. Kamu udah baik banget sama aku. Yang salah adalah aku."
"Kamu nggak ada salah sama aku. Kenapa kamu berfikiran begitu Fen?"
"Sebelumnya
aku minta maaf sekali lagi. Tapi aku gak tahan lama-lama memendam ini.
Aku disini pacaran sama cowok lain. Dia dari Indonesia juga. Dia baik
banget sama aku. Dia yang selalu nemenin aku disini. Dan orangtuanya
juga udah setuju kalau aku jadi calon istrinya. Kamu nggak apa-apa
dengan semua ini?"
"Fen, aku akan bersinar denganmu ataupun tanpamu. Tapi jika aku bisa memilih, aku ingin bersinar lebih terang bersamamu."
"Maafin aku gak bisa memenuhi pilihanmu, Ronald. Apa kamu merasa sedih?"
"Aku?
Kamu sangat bodoh apabila mengira aku tidak sedih. Tentu yang aku
rasakan luar biasa. Tapi aku sedih seperti apapun itu nggak akan
mengubah keadaan."
"Tapi aku nggak mau kamu ngelakuin hal-hal bodoh. Kamu ngerti maksudku kan, Ronald?"
"Fenita,
hari ini kamu udah hancurin hatiku, tapi kamu nggak akan bisa
menghancurkan mimpi-mimpiku. Aku tetap akan melangkah dengan jalanku
yang terbaik."
Semua
orang yang pernah merasakan cinta pasti pernah merasakan patah hati.
Ketika cinta yang sudah lama kita pelihara, sudah lama kita jaga,
akhirnya pergi begitu saja meninggalkan kita. Awalnya, kita baik-baik saja ketika cinta itu belum menghampiri. Tapi ketika ia datang dan hinggap di hati dan kemudian ia pergi, mengapa seolah-olah ia mengambil jiwa yang ada di dalam tubuh kita?
Sedari
awal cinta itu datang, kita harus mempersiapkan diri untuk ikhlas
ketika cinta itu pergi. Dan itu tidak berarti kita setengah-setengah
dalam mencintai. Tapi alangkah baiknya apabila ikhlas selalu kita
sandingkan di awal, tengah dan akhir dari perjuangan.
Harusnya, dirimu tetap akan menjadi dirimu, jiwamu tetap akan berada di jiwamu, siapapun yang ada di sampingmu. Jangan mengeluh dalam kesendirian, karena itu kesempatan besar bagimu untuk menjadi 100% dari dirimu.
Jangan
sampai mimpi-mimpimu goyah karena seorang wanita. Jangan sampai
mimpi-mimpimu melemah karena seorang pria. Karena suatu saat akan ada
seseorang yang hadir dan memperkuat dirimu untuk mimpi-mimpimu.
Jujur, saya juga pernah dan sedang
merasakan hal yang sama seperti yang dialami oleh si Ronald. Saya
terbelenggu oleh manisnya rasa cinta itu, ketika ia datang dan hinggap
di hati saya. Saya juga masih terbelenggu ketika rasa itu pergi dan
meninggalkan pahit yang sungguh tidak saya inginkan (lagi). Saya bukan
bodoh, mungkin saya hanya, hanya sekedar terbodohi oleh pikiran saya
sendiri.. bahwa semua itu akan berakhir indah selamanya.
![]() |
Seperti kata Dewa 19, 'Hadapi dengan senyuman semua yang terjadi biar terjadi' :) |
Namun
ketika kenyataan berkata lain, saya tidak siap, hati saya tidak siap
sama sekali untuk kehilangan semua keindahan itu. Rasanya seperti ketika
saya sedang bermimpi indah, mimpi tersebut harus berakhir karena
tersandung pagi. Sakit ya dijatuhkan dari rasa manis ke rasa pahit? Yah
seperti dijatuhkan dari rasi bintang paling romantis, menembus lapisan
atmosfer yang berlapis-lapis dan jatuh menabrak paus akrobatis #iniAbsurd
Saya
tidak begitu pandai mengungkapkan apa yang ada di kata hati dan pikiran
saya. Saya cukupkan saja curhatnya, saya sambung lewat puisi.. jika
memungkinkan 
#BumiKeLangit